Kamis, 06 Oktober 2011

Ini Dia Modus Sedot Pulsa di Penyedia Konten

suarasurabaya.net| Maraknya keluhan tentang pulsa yang tersedot layanan penyedia konten membuat masyarakat bertanya bagaimana mungkin pulsa terpotong tanpa dilakukan proses registrasi pada layanan. Daud Setyawan praktisi dan juga developer jasa penyedia konten memaparkan beberapa kemungkinan pulsa terpotong dari layer penyedia konten.

Diantara modus yang sering digunakan penyedia konten dan seringkali masyarakat tidak mengetahuinya adalah :

1.Proses registrasi dengan SMS Blast. Metode ini yang jamak dilakukan penyedia konten. Yakni menyebar pesan ke banyak nomer telepon. Bagaimana mereka bisa mendapatkan nomer telepon, Daud Setyawan mengatakan biasanya pimpinan perusahaan punya sumber dari jaringan tertentu yang valid. “Nomer HP yang didapat dari jaringan ini bisa sampai jutaan nomor. Sebelum dimasukkan, sistem akan melakukan filter pada nomor yang belum jadi member. Yang belum jadi member akan dikirimi pesan SMS.

Pada proses ini, kata Daud, masyarakat harus hati-hati karena sistem yang dibuat bisa sangat menjebak penerima SMS. Misalkan, tanpa membalas dengan menuliskan kode tertentu saja sudah dianggap register. Contohnya, iseng dibalas : tidak, terimakasih ! Bisa dianggap melakukan register.

2. Proses registrasi yang disamarkan dalam berbagai macam bentuk aplikasi.
Saat generasi awal SMS Premium, proses registrasi dilakukan lewat SMS. Tapi belakangan, teknologi USSD menggantikan proses ini. Teknologi USSD memungkinkan proses registrasi langsung pada interface telepon seluler tanpa masuk ke dalam SMS. Proses ini menggunakan kode angka, bintang (*), dan pagar (#). Beberapa jasa penyedia konten mengarahkan user ke browser pilihan. Di sini user bisa memilih layanan atau bahkan menolaknya. Tapi tidak sedikit yang begitu menekan kode USSD, dianggap sudah teregistrasi.

3. Proses registrasi diselipkan di form pendaftaran di web. Bentuknya macam-macam, bisa berupa pop up yang memunculkan microsite atau ke web tertentu. Ujung-ujungnya sama, meminta user untuk memasukkan nomor telepon untuk mendapatkan layanan yang diinginkan.

4. Proses registrasi yang dibundling dengan Value Added Service operator seluler. Ini banyak terjadi pada layanan Nomer Sambung Pribadi (NSP) atau Ring Back Tone (RBT). Tanpa melakukan registrasi, bisa saja anda berlangganan NSP atau RBT tertentu. Kasus ini, kata Daud, juga pernah dialaminya ketika nomor seluler operator terntentu digunakan pada GPS kendaraan yang notabene tidak pernah ada interaksi dengan user, ternyata dipotong untuk RBT atau NSP.

Menurut Daud, pada layer penyedia konten, kreatifitas bukan hanya soal konten, tapi juga bagaimana mendeliver konten ke sebanyak mungkin handset lewat SMS yang dipotong pulsanya.

“Dalam hal ini juga sangat penting menerapkan social engineering secara tepat. Bagaimana orang yang mulanya tidak butuh sebuah layanan menjadi butuh. Misalkan, ditawarkan aplikasi yang bisa melacak posisi pacar lewat HP, atau kamera HP yang bisa menembus pakaian. Mau tidak mau user mengirimkan nomer teleponnya untuk mendapatkan layanan itu dengan potong pulsa agar dapat aplikasi itu. Nah, nomer HP-nya bisa digunakan untuk database guna pengiriman konten lainnya,” kata Daud.

Lalu bagaimana penjelasan proses unreg yang begitu sulit? Kata Daud, pada layer penyedia konten lebih pada tidak berimbangnya pengawasan pada sistem unreg dibandingkan sistem registrasi dan pendebetan pulsa.

“Penyedia konten dibebani target earning SMS dari operator sehingga teknisi lebih banyak perhatikan proses registrasi dan pendebatan pulsa sehingga unreg tidak begitu diperhatikan. Padahal jika lalu lintas data unreg sudah sedemikian tinggi, ada kemungkinan masalah bug yang merusak script dalam unreg. Inilah yang membuat proses unreg terhambat atau tertunda,” ujar Daud.

Menurut Daud, dengan kondisi seperti ini, masyarakat harusnya lebih hati-hati jika melakukan melakukan proses otentikasi. “Jangan asal tekan yes. Jangan salah pencet. Jangan iseng coba-coba merespon SMS yang tidak jelas,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar